- Induktif
Indonesia Masih Terus Membangun Perekonomiannya
Indonesia masih terus berusaha
membangkitkan perekonomiannya ke kondisi yang lebih baik. Banyak usaha yang
dilakukan, mulai dari menekan jumlah barang impor yang mengalahkan pemakaian
barang lokal. Pemerintah juga meluaskan lapangan pekerjaan, agar sumber daya manusia (SDM) dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk pembangunan negara. Masalah pengangguran di Indonesia
masih menjadi masalah ekonomi utama yang sampai saat ini belum bisa diatasi. Sampai
tahun 2008, tingkat pengangguran terbuka masih berada pada kisaran 9% dari
jumlah angkatan kerja berada pada kisaran 9 juta orang. Sebagaimana kita
ketahui bahwa terjadi perubahan patern perekonomian paska krisis dari usaha
yang padat karya ke usaha yang lebih padat modal. Akibatnya pertumbuhan tenaga
kerja yang ada sejak tahun 1998 s/d 2004 terakumulasi dalam meningkatnya angka
pengangguran. Di lain sisi, pertumbuhan tingkat tenaga kerja ini tidak diikuti
dengan pertumbuhan usaha (investasi) yang dapat menyerap keberadaannya.
Akibatnya terjadi peningkatan jumlah pengangguran di Indonesia yang pada
puncaknya di tahun 2004 mencapai tingkat 10% atau sekitar 11 juta orang.
Pengangguran bisa menyebabkan
masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal
ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil
(nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah daripada pendapatan potensial
(pendapatan yang seharusnya). Selain itu, pengangguran akan menyebabkan
pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi
karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun
sehingga pendapatan masyarakat pun akan turun. Tujuan akhir pembangunan ekonomi
suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan
pertumbuhan ekonomi agar stabil dan dalam keadaan naik terus. Jika tingkat
pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat
pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.
NB : Yang dicetak tebal merupakan kalimat utama dari artikel tersebut yang mendakan artikel tersebut berpola induktif.
- Deduktif
Indikator Ekonomi Makro
Ada beberapa indikator ekonomi
makro yang digunakan untuk mengetahui laju inflasi selama satu periode
tertentu. Pertama, Indeks Harga Konsumen yang merupakan angka indeks yang
menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu
periode tertentu. Angka IHK diperoleh dengan menghitung harga-harga barang dan
jasa utama yang dikonsumsi masyarakat dalam satu periode tertentu. Di Indonesia,
perhitungan IHK dilakukan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas
pokok. Untuk lebih mencerminkan keadaan yang sebenarnya, perhitungan IHK
dilakukan dengan melihat perkembangan regional, yaitu dengan mempertimbangkan
tingkat inflasi kota-kota besar, terutama ibukota provinsi-provinsi di
Indonesia. Dilihat dari cakupan komoditas yang dihitung IHK kurang mencerminkan
tingkat inflasi yang sebenarnya. Tetapi IHK sangat berguna karena menggambarkan
besarnya kenaikan biaya hidup bagi konsumen, sebab IHK memasukkan
komoditas-komoditas yang relevan (pokok) yang biasanya dikonsumsi masyarakat.
Kedua,
Indeks Harga Perdagangan Besar yang
disebut juga sebagai indeks harga konsumen (producer price index). IHPB
menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada berbagai tingkat
produksi. Ketiga, Indeks Harga Implisit yang perhitungan inflasinya dilakukan
dengan menghitung perubahan angka indeks yang sama halnya dengan dua indikator
sebelumnya. Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju
inflasi yang sangat terbatas. Sebab, dilihat dari metode perhitungannya, kedua
indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis
barang jasa, dibeberapa puluh kota saja. Padahal dalam kenyataan, jenis barang
dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat
mencapai ribuan, puluhan ribu bahkan mungkin ratusan ribu jenis. Untuk mendapatkan
gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan
Indeks Harga Implisit (GDP Deflator), disingkat IHI.
NB : Yang dicetak tebal merupakan kalimat utama dari artikel tersebut yang mendakan artikel tersebut berpola deduktif.
Sumber :
Pola Induktif :
http://karinadevianta.blogspot.com/search/label/Perekonomian%20Indonesia
http://ilmubloggersyahdan.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-contoh-kalimat-paragraf.html
Pola Deduktif :
Rahardja, Pratama dan Mandala
Manurung. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar